Tuesday, December 16, 2008

KESENJANGAN PRILAKU KULTURAL MASYARAKAT INDONESIA

1. Latar Belakang Masalah


Negara kita yang Bhineka ini sangat menyimpan potensi pertikaian antar individu yang terkelompok-kelompokkan secara idiologis dan politis. Pengelompokan masyarakat Indonesia serupa itu membawa akibat yang luas lagi mendalam di dalam seluruh pola hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat Indonesia: di dalam hubungan-hubungan politik, ekonomi, hukum, kekeluargaan dan sebagainya.

Hal ini cocok dengan karakteristik sebagai sifat dasar dari masyarakat majemuk yang diungkapkan oleh Van Den Berghe, yaitu:

1. Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan atau lebih tepat sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain.

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer.

3. Kurang mengembangkan consensus di antara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.

4. Secara relatif seringkali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lain.

5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi.

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok lain.

Dari kemajemukan tersebut, manusia terbagi-bagi dalam beraneka macam golongan yang ditengahi oleh persaingan dan kompetisi yang hanya mengedepankan hal-hal yang lebih bersifat subjektif. Oleh karena itu, terjadilah sebuah kesenjangan prilaku cultural pada masyarakat Indonesia yang semakin meruncing dan berpotensi kepada bentuk pertikaian dan konflik kultural.


2. Konsep Kesenjangan


Pemahaman terhadap konsepsi kesejahteraan menuntut tidak hanya representasi intensitas agregat, tetapi juga representasi distribusional kesejahteraan antarkelompok masyarakat atau antardaerah. Representasi distribusional merupakan muara dari persoalan yang mendasar, yaitu keadilan. Kesenjangan tidak lain adalah suatu representasi distribusional tersebut.

Konsep tentang kesenjangan mempunyai kemiripan dengan konsep tentang perbedaan. Seseorang mempunyai tinggi tubuh yang berbeda dengan seseorang yang lain. Fakta menunjukkan adanya perbedaan tinggi tubuh. Pemahaman terhadap perbedaan seperti itu relatif bersifat netral dan tidak terkait dengan moral pemahaman. Berbeda halnya kalau membicarakan perbedaan kekayaan dari kedua orang itu, maka umumnya terdapat inklinasi moral tertentu. Pemahaman terhadap perbedaan kekayaan mempunyai implikasi moral dalam konteks hubungan sosial, misalnya siapa yang harus lebih toleran, bagaimana pembebanan kewajiban sosial pada tiap orang itu, dan sebagainya.

Pembahasan kesenjangan menghendaki pendefinisian kelompok-kelompok dalam

masyarakat. Pendefinisian kelompok yang sejak awal sering digunakan adalah kelompok pendapatan. Masyarakat dibedakan menurut kelompok-kelompok 10 persen populasi (decile), mulai dari kelompok 10 persen populasi berpendapatan terendah, kelompok 10 persen populasi berikutnya dengan pendapatan yang lebih tinggi, dan seterusnya. Cara pengelompokkan lain adalah berdasarkan tingkat pendapatan: 40 persen populasi dengan pendapatan terendah, 40 persen berikutnya dengan tingkat pendapatan menengah, dan 20 persen populasi yang berpendapatan tinggi.

Selain pengelompokkan masyarakat berdasarkan tingkat pendapatan, pengukuran kesenjangan juga menggunakan daerah sebagai basis pengelompokkan. Pengelompokkan berbasis daerah tersebut mempunyai implikasi pengamatan kesenjangan masyarakat antardaerah. Berbagai cara pengelompokkan lain yang telah biasa digunakan adalah kelompok masyarakat wilayah desa dan masyarakat wilayah kota. Selain itu, saat ini juga berkembang perhatian terhadap pengukuran kesenjangan berbasis gender.

Kondisi kesenjangan kesejahtaraan umumnya dinyatakan dalam bentuk indicator kesenjangan. Berbagai studi pada umumnya menggunakan kurva distribusi Lorenz dan indeks kemerataan distribusi Gini. Berbagai studi lain menggunakan indicator kesenjangan antardaerah yang pertama kali diperkenalkan oleh Williamson. Penghitungan indeks Gini dilakukan berbasis pada kurva distribusi Lorenz, sedangkan indeks Williamson berbasis kepada angka varian dalam distribusi statistik.

Kesenjangan kesejahteraan masyarakat antarkelompok maupun antardaerah selalu terjadi. Persoalannya adalah apakah kesenjangan tersebut menurun atau menaik sejalan dengan perubahan waktu atau kenaikan rata-rata kesejahteraan? Lebih lanjut, apakah kesenjangan tersebut menyebabkan hal-hal yang tidak bisa ditolerir lagi? Secara teoritik kesenjangan dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu faktor alam, faktor kultural, dan faktor struktural (kebijakan). Teori-teori mengenai proses kesenjangan pada umumnya menekankan kepada peranan satu atau lebih faktor tersebut.


3. Penelitian Kesenjangan


Rangkaian berbagai penelitian tentang kesenjangan ditandai oleh tonggak-tonggak temuan. Kuznets (1954) tercatat sebagai salah satu peneliti awal dalam meneliti kesenjangan. Ia meneliti kesenjangan di berbagai negara secara cross-sectional dan menemukan pola U terbalik. Kuznets menyimpulkan bahwa pendapatan rata-rata perkapita pada awal perkembangan negara masih rendah, dan tingkat kesenjangan juga rendah.

Ketika pendapatan rata-rata naik, maka kesenjangan juga meningkat. Kemudian ketika pendapatan rata-rata naik lebih tinggi, maka kesenjangan akan turun kembali. Penelitian yang dilakukan oleh Williamson (1966) menekankan pada kesenjangan antarwilayah di dalam negara. Williamson menghubungkan kesenjangan pendapatan ratarata antarwilayah dengan berbagai faktor termasuk tingkat urbanisasi suatu wilayah.

Di samping pola dan faktor penentu kesenjangan, peneliti juga mengamati proses terjadinya kesenjangan. Myrdal (1957) melakukan penelitian tentang sistem kapitalis yang menekankan kepada tingkat keuntungan bagi suatu wilayah yang memberikan harapan tingkat keuntungan tinggi akan berkembang menjadi pusat-pusat perkembangan kesejahteraan. Di sisi lain, wilayah-wilayah dengan harapan tingkat keuntungan yang rendah tidak akan berkembang sehingga terjadi kesenjangan. Teori efek polarisasi menjelaskan kesenjangan antarwilayah yang meningkat karena berpindahnya faktor produksi dari wilayah yang terbelakang ke wilayah yang lebih maju. Sebaliknya terdapat teori yang menjelaskan proses yang berlawan arah, yaitu teori efek penetesan yang menjelaskan penyebaran faktor produksi dari suatu wilayah yang telah maju ke wilayah yang belum maju karena di wilayah yang telah maju terjadi eksternalitas negatif yang makin besar.

Dalam penelitian lain, kesenjangan juga dikaitkan dengan faktor alam, yaitu tingkat kekayaan sumber daya alam suatu wilayah. Sedangkan penelitian lain menyebutkan bahwa urbanisasi, sebagai akibat dari kesenjangan perdesaan dan perkotaan, merupakan proses menuju suatu bentuk tertentu dari keseimbangan. Guna memberikan gambaran perkembagan terakhir tentang penelitian kesenjangan, berikut ini disampaikan tinjauan singkat dari beberapa hasil penelitian.

Zhicheng Liang (2005) menjelaskan mengenai pola hubungan perkembangan sector keuangan dan pertumbuhan ekonomi yang berimplikasi pada disparitas antarwilayah di China khususnya kesenjangan wilayah pesisir dan daratan. Penelitian ini berusaha mengeksplorasi bagaimana keadaan perekonomian makro di China pasca diberlakukannya dualisme sistem ekonomi China (lebih bersifat kapitalis untuk wilayah pesisir dan sosialis untuk wilayah daratan). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan sektor keuangan secara signifikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah pesisir, tapi tidak memberi dampak pada wilayah daratan, dan fakta ini diperburuk oleh lemahnya pertumbuhan sektor keuangan di wilayah daratan yang secara kontekstual semakin memperburuk disparitas antara wilayah pesisir dan wilayah daratan di China. Penelitian tersebut menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto provinsi di China, dan melihat tingkat kesenjangan berdasarkan indeks Gini.

Salvadore Barrios dan Eric Strobl (2006) menuliskan laporan penelitian mengenai hubungan antara kesenjangan antarwilayah dengan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data Produk Domestik Bruto di negara-negara Uni Eropa yang diolah dengan metoda ekonometrik untuk menjelaskan pola hubungan antara PDB dengan kesenjangan antarwilayah yang berbentuk kurva huruf U terbalik. Hasil penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa untuk negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa memilki pola kesenjangan wilayah yang berbentuk kurva huruf “U” terbalik. Temuan ini sejalan dengan temuan Kuznets. Temuan lain dari penelitian ini membuktikan bahwa variabel yang berkaitan dengan kebijakan penggabungan ekonomi negara Uni Eropa antara lain struktur anggaran negara dan desentralisasi fiskal dan mekanisme redistribusi jaminan sosial memberi dampak terhadap kesenjangan antarwilayah.

Penelitan unik yang dilakukan oleh Diego Andre de Assumcao (2005) mencoba mengeksplorasi peran pengetahuan masyarakat sebagai faktor utama dalam mengurangi kesenjangan antarwilayah di Brazil. Dalam laporan penelitian, mereka memaparkan berbagai alternatif untuk sosialisasi pengetahuan kepada masyarakat melalui berbagai saluran atau kanal informasi. Penelitian ini juga dikaitkan dengan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Brazil. Tujuan Pembangunan Milenium tersebut digunakan sebagai indikator untuk memperlihatkan perkembangan Brazil dalam peningkatan kesejahteraan dan pengetahuan masyarakat untuk mengurangi kesenjangan wilayah. Penelitian kesenjangan antardaerah di India yang relatif baru dilakukan oleh B. Bhatacharya dan A Sakthivel (2004). Penelitian ini menganalisis kesenjangan wilayah yang terjadi di India. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Produk Domestik Bruto, Produk Domestik Regional Bruto, dan pendapatan perkapita sebagai dasar analisis statistik deskiptif untuk menjelaskan kinerja pertumbuhan wilayah dan perubahan struktur wilayah-wilayah di India. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa pembangunan industri di India berjalan secara cepat dan terpusat di wilayah-wilayah dengan infrastruktur memadai. Pola pembangunan seperti ini semakin mempertajam kesenjangan antarwilayah di India. Temuan lainnya adalah adanya korelasi negatif antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pendapatan. Hal ini secara berantai menimbulkan suatu masalah yang simultan, yaitu beban wilayah yang berat dengan jumlah penduduk tinggi dan pendapatan yang rendah sehingga mendorong migrasi ke wilayah lain yang lebih maju. Di sisi lain, masalah yang terjadi di wilayah tujuan adalah tidak meratanya tingkat pendidikan yang menyebabkan timbulnya masalah sosial pengangguran yang mengarah pada meningkatnya kriminalitas.

Penelitian lain yang relevan dengan desentralisasi dilakukan oleh Christian Lessmann (2006). Ia meneliti mengenai hubungan desentralisasi fiskal dengan kesenjangan wilayah. Penelitian ini mengunakan beberapa data statistik ekonomi 17 negara OECD yang diolah melalui analisis statistik deskriptif. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa Negara dengan tingkat desentralisasi fiskal yang tinggi memiliki kesenjangan wilayah yang rendah. Kewenangan dan otonomi lokal terhadap kapasitas fiskal wilayah yang besar akan dapat mengurangi kesenjangan. Namun, hasil temuan ini hanya berlaku bagi Negara-negara maju saja. Bagi negara berkembang dan miskin, desentralisasi mungkin akan menyebabkan semakin tajamnya kesenjangan antarwilayah. Hal ini disebabkan masih tingginya tingkat korupsi dan lemahnya kapasitas pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya dan pelayanan publik.


4. Kritik Penulis


Kesenjangan seharusnya tidaklah mesti terjadi di dalam kemajemukan cultural bangsa kita ini. Bilasanya semua aspek yang menyangkut kepentingan public dapat diprioritaskan tanpa harus mementingkan perut sendiri. Keanekaragaman adalah sebuah anugrah dari Allah SWT. Kemajemukan ini seyogyanya dapat membuat kita saling melengkapi satu sama lainnya. Perbedaan merupakan suatu potensi kesatuan yang kokoh bila masing-masing pihak menjalin kerjasama yang harmonis untuk saling mengisi kekosongan dan tugasnya masing-masing dalam berserikat. Apa yang menyebabkan semua konsep persatuan ini terjadi?.

Semuanya kembali kepada apa yang disebutkan sebagai naluri. Bakat bersosial yang kita miliki sejak dilahirkan ke dunia ini. Setiap individu memiliki kecenderungan untuk merbagi dan meminta. Perasaan saling membutuhkan inilah yang seharusnya dijunjungtinggikan ke permukaan. Kita hidup dalam sebuah rangkaian struktur sosial yang di dalamnya terdapat suatu hubungan yang mau tidak mau akan terjalin.

Satu perasaan yang membuat kita saling membutuhkan satu sama lain. Susunannya antara lain: pada saat suatu kebutuhan kita dapat dibantu oleh orang lain. Terbersik dalam hati kita untuk melakukan hal yang sama sebagai tanda jasa pada orang yang telah menolong kita. Atau setidaknya ada suatu obsesi untuk dapat membantu orang lain yang membutuhkan sesuatu seperti saat kita mengalami kekurangan sepertinya dan terbantu dengan orang lain yang berkelebihan.

Ada pun hal lainnya ialah perasaan seiman pada diri kita yang merupakan hal terdasar dari suatu pemikiran dan idiologi seseorang sesuai dengan apa yang Tuhan kita perintahkan kepada setiap hambanya ini. Prilaku kecintaan pada Sang Pencipta merupakan hal yang mendasari segala prilaku kita dalam bermasyarakat pada khususnya. Perintah-Nya untuk saling mengasihi sesama makhluknya inilah yang membuat para hambanya dituntut untuk mendalami sebuah hubungan yang harmonis diantara para individu dari masyarakat yang tentu majemuk.


5. Referensi:

1. P o l a K e s e n j a n g a n A n t a r d a e r a h

Direktorat Kewilayahan 1, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah.

2. Dr. Nasikum. 1995. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

3. Sadily, Hasan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Pineka Cipta.

4. Al Muhasibi, Abu Abdillah. 2006. Hidup Tanpa Derita. Bandung: Hikmah

Wednesday, November 26, 2008

curhat mocca waktu d korea....(esklusif ieu mah bel)

Swinging Friends, seperti yang sudah dituliskan di awal dan tentu sudah kita ketahiu bersama bahwa Mocca baru saja mengisi suatu acara atau festival terkemuka di negeri yang terkenal dengan ginsengnya yaitu Korea dan mendapatkan sambutan luar biasa antusias dan menggebu-gebu dari para Swinging Friends kita yang sipit-sipit disana. Hal tersebut merupakan suatu penghargaan besar yang tak akan terlupakan oleh para personil Mocca yang mengaku baru pertama kali menginjakan kakinya di Negara “Jamu Kuat” itu (apeuu). Namun di luar gig tersebut pun banyak sekali terdapat pengalaman-pengalaman menarik yang dialami oleh Arina, Riko, Indra, Toma dan para kru yang turut menemani mereka dengan setia. Yuk marii, kita tanyakan langsung pada mereka. Duduk yang manis dan perhatikan ya adik-adik…hehehe.

Pengakuan Indra:

Indra yang dikenal sebagai mahluk Karnivora di Indonesia, ternyata terluluhkan oleh makanan organic khas Korea yang diakuinya sangat enak. Indra mengaku bisa menghabiskan satu kebun sayuran bila disajikan khas negeri yang cuacanya dingin ini. Jangan-jangan Indra memang ada keturunan kambing nih (hiiii). Selain itu, Indra sangat menikmati suasana pemukiman setempat yang asri. “Disana juga banyak sampah sih, tapi da ga tau perasaan suasananya tu enak aja. Mungkin karena cuacanya yang dingin juga kali yah.”, tutur Indra yang terlihat semakin gendut saja setelah kepulangannya dari Korea itu. Mengenai acaranya sendiri, Indra sangat tersanjung oleh pelayanan para penonton maupun panitia sendiri. Orang-orangnya dikenal santun dan ramah ujarnya.

Keharuan Riko:

Sang gitaris kita yang kini sering terlihat berkacamata ini menuturkan keharuannya melihat antusiasme masyarakat negeri orang-orang sipit ini menyambut Mocca. Semuanya itu membuat dirinya tersanjung. “Di Indonesia aja ga segininya”. Akui Riko yang senang mengoleksi gitar ini. “Sampai-sampai Di sesi tanda tangan tu mesti dihentikan karena penonton yang terlalu membludak membuat antrian sangat panjang”. Tambahnya. Panitia yang bertugas menemani Mocca saat di luar panggung pun disanjungnya sangat ramah dan setia dengan tingkah-tingkah mereka yang aneh. Pelayanannya sangat maksimal, mulai dari menemani mereka kemanapun mereka pergi, membantu mereka berbicara, sampai menjaganya dari ledakan fans yang membludak di sana. Satu saat, Riko sempat meminta sang guide untuk menemaninya makan dan nongkrong-nongkrong di jalan-jalan trotoar kota, namun ditolaknya - secara halus - karena menurutnya, Mocca di sini sangat disegani (Korea), jadi menurutnya ditakutkan bisa menurunkan kesan pada Mocca itu sendiri. Wah, apa memang sehebat itu Mocca di sana?. Yang jelas kita tahu sendiri kenapa alasannya.

Cerita Arina:

Dihari terakhir setelah selesai manggung, para personil Mocca mengadakan sesi buang-buang uang atau yang kita sebut “berberlanja”. Maklum, teman-teman mereka di Tanah Air ni menantikan mereka dengan harapan untuk membawa sedikitnya buah tangan asal Korea dari Mocca, hehehe. Singkatnya, ketika sedang berjalan-jalan di pusat kota yang gemerlap dengan lampu-lampu malam yang menghibur hati. Di sebuah pusat perbelanjaan yang mulai sepi karena malam yang semakin larut, Arina yang sedang asik memandangi beraneka suguhan yang ditawarkan para penjajak dagangan dikejutkan dengan sapaan mas Budi sang menejer tersayang yang sekonyong-konyong. “Saya kaget dong. Jadi saya samperin aja deh”, ujar Arina yang ditemui bersama personil Mocca lainnya (minus Toma) di markas besarnya Mocca Jln. Sidomulyo 36 oleh koresponden kami beberapa waktu ini. Saat Arina mendatanginya, mas Budi pun langsung mengarahkan jari telunjuknya pada sebuah layar televise mini yang terpasang pada sebuah etalase toko di dekatnya. Dan tanpa terselang waktu yang lama, Arina menjerit histeris layaknya seekor ikan yang sedang dikejar buaya (euu, emang ikan bisa teriak ya?). Arina mengaku tidak dapat menahan dirinya ketika apa yang dia dengar pada tayangan iklan di layar televisi mini tersebut memakai lagu “buddy zeus” ciptaannya sebagai sound track dari iklan tersebut. Satu tindakan wajar mungkin, namun kehisterisannya tersebut sontak membuat pemilik toko geram dan mengusir si pengacau itu (Arina) dari depan tokonya tersebut. Aduh-aduh, pesan untuk mas Budi untuk sesi jalan-jalan di lain waktu yaitu: jangan lupa menyiapkan suntikan pembius sebagai tindakan prefentif bila terjadi peristiwa serupa pada Arina. Hahahaha….

(Themiemie)

Wednesday, November 12, 2008

Kebijakan Editor Atau Redaksi

Kebijakan redaksi merupakan pengaturan baku dari sebuah media mengenai tata bahasa dalam hal penerbitan berita atau yang sering disebut Style Book. Style Book ini merupakan bentuk intervensi seorang redaktur dalm media yang dibawahinya. Biasanya hal ini merupakan sebuah tanggung jawab Redaktur dalam menspesifikasikan target market dari media itu sendiri.

Contohnya seperti dalam penulisan berita oleh seorang wartawan, penyiaran berita pada radio dan televisi.

EYD dalam Bahasa Jurnalistik

Ejaan yang disempurnakan (EYD) adalah pedoman umum aturan-aturan pertatabahasaan yang baku di Indonesia. EYD merupakan acuan untuk semua aturan tata bahasa Indonesia yang berlaku sesuai pergerakan zaman atau bersifat dinamis sesuai dengan dinamika sosial budaya. Hal ini terjadi karena bahasa merupakan produk dari kebudayaan suatu golongan masyarakat di Dunia.

Tidak terkecuali dalam pertatabahasaan Jurnalistik yang merupakan trendseter dalam kebahasaan masyarakat luas yang justru merupakan salah satu faktor mobilisator dalam dinamika tata bahasa itu sendiri. Peran jurnalistik dalam mengarahkan pola pikir masyarakat dalam berbahasa ini yang menjadi suatu tugas besar dalam membentuk pola sistem pertatabahasaan yang berkarakter dan memiliki citra natural yang baik dimata dunia pada umumnya dan Indonesia itu sendiri sebagai konsumen dari produknya sendiri.

Di dalam Jurnalistik, pada umumnya memiliki sistem EYD yang hampir sama dengan EYD dalam pertatabahasaan Indonesia. namun terdapat beberapa pengecualian yang cukup vital. seperti halnya:
1. Dalam penulisan judul. Contoh: Hujan Memakan Korban. Disini bisa kita lihat. Huruf Awal pada setiap kata dicetak dengan huruf besar.
2. Gelar sesuatu. Contoh: (Gunung) Gunung Galunggung, (Bupati) Bupati Bandung. Disini, keterangan gelar itu dicetak dengan huruf besar.
3. Huruf pertama dalam penulisan nama bangsa. Contoh: bahasa Indonesia, orang Jawa. Ditulis dengan huruf kecil.
4. Nama geografis. Contoh: Selat Malaka berbeda dengan saya pergi ke selat. Perbedaan terdapat pada penulisan huruf pertama dari kata "selat".
5. Bentuk ulang sempurna. Contoh: Ahli-Ahli, Undang-Undang.
6. Kata depan dan kata sambung. Contoh: Harimau Tua

Adapun untuk spesialisasi penulisan cetak miring diantaranya adalah pada:
1. Judul buka
2. Nma media
3. Bahasa asing

Tuesday, November 11, 2008

ultah MOCCA....(aloohaaa)




Monday, November 10, 2008

funny little dream - it must been you …

it must been you

that i’ve been dreaming

and i’ve been waiting

all day

it must been you

that i’ve been looking

and i want to tell you

the truth

uuu

uuu

since i found you that day

my life has turning

and im been happy all day

since you got me that day

my dream is real

and youre always on my mind

all the time

it must been you

that i’ve been dreaming

and i’ve been waiting

all day

it must been you

that i’ve been looking

and i want to tell you

the truth

since you left me that day

i feel so lonely

without you here

by my side

since you tell me that day

when you are say

that you want to be alone

now youre gone

im alone

ive been waiting for you

but youre gone

im alone

and youre gone

ive been waiting for you

daf after day

and night

and day

and morning

but youre still gone

now youre gone

im alone

ive been waiting for you

but youre gone

im alone

and youre gone

ive been waiting for you

but youre gone

im alone

when youre gone

ive been waiting for you

but youre not come